A.
Peradaban Islam Pada Masa
Rasulullah
1.
Perkembangan Islam di Mekkah dan
di Madinah
Di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan
pegangan hidupnya, lahirlah seorang bayi laki-laki yang berasal dari keluarga
sederhana. yang nantinya membawa perubahan besar bagi peradaban dunia. Bayi
laki-laki itu bernama Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Muthalib. Dia menjadi
yatim sebelum lahir ke dunia. Ibunya bernama Siti Aminah yang sempat merawatnya
sampai kira-kira berusia enam tahun. Dengan demikian, Muhammad adalah seorang
anak yatim piatu yang kemudian dirawat dan dididik oleh kakeknya.
Kira-kira usia 12 tahun, Muhammad saw. mengikuti
pamannya, Abu Thalib membawa barang dagangan ke Syam. Di tengah perjalanan,
pamannya diberitahu oleh seorang rahib bernama Buhaira bahwa Muhammad akan
menjadi manusia pilihan yang selama ini ditunggu-tunggu oleh kebanyakan
masyarakat Arab. Oleh karena itu, ia berusaha melindungi Muhammad dan segala
gangguan orang yang akan rnenyakitinya.[1]
2.
Sasaran Awal Dakwah Nabi
Pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang
wanita yang berbudi luhur, bernama Khadijah. Ketika menginjak usia 40 tahun.
Muhammad saw. lebih banyak mengerjakan tahannuts dari waktu-waktu sebelumnya.
Dalam melakukan tahannuts itu beliau bermimpi, mimpi yang benar. Kemudian pada
malam ke-17 bulan Ramadhan / 6 Agustus 610 M. ketika beliau sedang bertahannuts
di Gua Hira, datanglah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu pertama, yaitu
surat Al-Alaq ayat 1-5. Dengan penerimaan wahyu itu, berarti Muhammad Saw.
telah menjadi rasul pilihan Allah yang bertugas menyampaikan perintah Allah
kepada segenap umat manusia.
Setelah lebih kurang dua setengah tahun lamanya Nabi
Muhammad Saw menanti datangnya wahyu berikutnya, barulah datang wahyu yang
kedua, yaitu surat al-Muddatsir ayat 1-7.
Dengan turunnya ayat tersebut, maka jelaslah apa yang
harus dilakukan Nabi Muhammad Saw yaitu bangkit berdakwah menyampaikan agama
Allah kepada semua umat manusia. Allah memberikan petunjuk tentang cara
menyampaikan agama Islam kepada umat manusia yaitu:
a.
Dengan cara sembunyi-sembunyi,
sebab orang kafir Qraisy tidak senang kepada agama yang dibawa Rasulullah.
b.
Dengan berhati-hati, lemah lembut
jangan sampai menyakiti orang lain.
Dakwah Nabi Muhammad yang pertama dilakukan adalah
secara sembunyi-sembunyi kepada keluarga kerabat, dan famili. Mereka adalah
Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah.
3.
Dakwah Secara Terang-Terangan
Nabi Muhammad berdakwah secara sembunyi-sembunyi
selama kurang lebih 3 tahun, maka banyak penduduk kota Mekkah yang mengetahui
dakwah dan agama yang dibawa oleh Rasulullah. Tentu hal itu sangat bertentangan
dengan agama dan kepercayaan nenek moyang mereka. Dalam keadaan seperti itulah,
maka turun wahyu kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan.
Usaha Nabi Muhammad Saw dalam menyiarkan agama Islam
selalu mendapat halangan dan tantangan dari kafir Quraisy yang dipelopori oleh
Abu Lahab dan Abu Sofyan. Mereka menyebarkan isu-isu dan propaganda yang
mengatakan bahwa Nabi adalah seorang yang gila, berbagai macam gangguan dan
siksaan serta boikot sampai rencana pembunuhan dilakukan namun tidak juga
berhasil.[2]
Karena banyak menerima siksaan dan tekanan dari kaum
kafir Quraisy, maka kaum Muslimin disuruh untuk pindah ke Habsyi. Mereka
diterima dengan baik oleh raja Habsyi serta mendapat perlindungan dan diberikan
kebebasan untuk melaksanakan ibadah. Setelah wafatnya Siti Khadijah dan Abu
Thalib, maka semakin beranilah kaum kafir Quraisy mengganggu dan menyakiti Nabi
Saw, siksaan dan penderitaan yang diterima Nabi Muhammad beserta pengikutnya
semakin parah, maka beliau mengadakan misi ke Thaif secara diam-diam untuk minta
bantuan dan perlindungan akan tetapi beliau malah diusir dan penduduk
beramai-ramai menyakiti beliau.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya dakwah
Nabi Muhammad saw. di kota Mekkah tidak mendapat respon dari kalangan menengah
atas, sehingga beliau berkeinginan mencari saudara baru di luar kota Mekkah,
seperti ke Madinah.
Untuk mewujudkan keinginan itu, Nabi Muhammad saw.
melakukan kontak dengan para jamaah haji yang datang dari tanah Yatsrib.
Diam-diam Nabi Muhammad saw. menyampaikan dakwahnya mendapat tanggapan positif
dan jamaah haji yang datang dari Yatsrib. Hal itu terjadi dengan menghasilkan
dua perjanjian, yaitu perjanjian Aqabah pertama (tahun 621 M) dan perjanjian
Aqabah kedua (tahun 622 M). Dengan kedua perjanjian itü terbukalah jalan bagi
Nabi untuk menyebarkan ajarn Islam ke Madinah.
Setelah berada di Madinah, beliau menyusun
langkah-langkah guna mengembangkan ajaran Islam lebih efektif dan cepat
menyebar ke seluruh pelosok dunia, khususnya di tanah Arab itu sendiri.[3]
Ada beberapa langkah yang dilakukan Nabi Muhammad saw.
Dalam pengembangan Islam di kota Madinah, sehingga ajaran Islam dengan mudah
dapat diterima oleh masyarakat kota tersebut. Langkah-langkah tersebut antara
lain adalah:
a.
Memberikan kemerdekaan beragama
kepada penduduk Madinah.
b.
Islam mengajarkan bahwa manusia
adalah umat yang satu. Oleh sebab itu, kita wajib memelihara persaudaraan dan
saling menolong. Untuk itu, Nabi Muhammad mengadakan perjanjian perdamaian
dengan penduduk Madinah yang belum beragama Islam. Perjanjian ini dikenal
dengan “Deklarasi Madinah. Perjanjian itu dilaksanakan pada tahun 623 M atau
tahun kedua Hijriyah.
c.
Mempersaudarakan antara Muhajirin
dan Anshar. Umat Islam yang datang ke Madinah sebagai kaum imigran tidak membawa
bekal dan persediaan yang cukup.
4.
Kepribadian Nabi dalam
Mengembangkan Islam
Kepribadian Nabi Muhammad saw. dalam mengembangkan
aiaran Islam dan memperkuat persatuan umat Islam, merupakan salah satu rahasia
kesuksesan Nabi Muhammad saw. dalam melaksanakan tugas kerasulannya. Kesuksesan
nabi Muhammad Saw dalam mengembangkan tugas kerasulannya adalah berkat kesungguhan
dan kemampuan beliau dengan mendapatkan bimbingan dan petunjuk dari Allah Swt.
Rahasia lainnya, adalah bahwa yang diajarkannya adalah agama yang benar yang
tidak dapat dibantah lagi kebenarannya, yang menyebabkan orang dengan mudah menerimanya.
Selain itu, Nabi Muhammad. saw. selama keberadaannya
di Mekkah telah mempersiapkan tenaga-tenaga yang kuat, tangguh, yang kemudian
ikut memperjuangkan dan menyebarluaskan ajaran Islam kepda bangsa Arab lainnya.
Kepribadian Nabi yang telah diketahui orang banyak, seperti jujur, sabar, dan
tawadhu’, serta sifat-sifat terpuji lainnya, tidak dapat dipungkir oleh
kebanyakan masyarakat Arab. Ini pulalah yang merupakan salah satu faktor
pendukung keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw. dalam menyebarkan ajaran Islam
kepada bangsa-bangsa Arab. Baik ketika beliau masih di Madinah ataupun setelah
keberhasilannya menaklukkan kota kelahirannya, yaitu kota Mekkah.[4]
B.
Peradaban Islam Pada Masa
Khulafaurrasyidin
1.
Islam Pada Masa Pemerintahan Abu
Bakar
Nabi Muhammad Saw. tidak meninggalkan wasiat tentang
siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah
beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum
Muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau
wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar
berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa
yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena
masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak
menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiah yang
tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar
mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam.[5] Sehingga
masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
Pada masa permulaan pemerintahan Abu Bakar dan beliau
baru saja melaksanakan tugasnya sudah dihadapkan beberapa tantangan dan
gangguan dari berbagai pihak. Jika tantangan itu tidak diselesaikan dengan
sungguh-sungguh, maka akan membawa akibat buruk yang dapat menggoyahkan sendi-sendi
pemerintahan Islam. Ada tiga macam tantangan yang dihadapi Abu Bakar dan harus
segera diselesaikan, yaitu:
a.
munculnya orang-orang yang mengaku
nabi,
b.
adanya orang-orang yang tidak mau
membayar zakat, dan
c.
lahirnya golongan murtad dari
agama Islam.
2.
Islam Pada Masa Pemerintahan Umar
bin Khattab
Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan
pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti
oleh “tangan kanan”nya, Umar ibn Khathab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya
sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat
Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya
perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.[6] Kebijaksanaan
Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara
beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Khalifati
Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia juga memperkenalkan
istilah Amir al-Mu‘minin (Komandan orang-orang yang
beriman).
Umar bin Khattab hijrah ke Madinah bersama-sama dengan
umat Islam dan Rasulullah. Ia sangat tegas dalam membela Islam dan sangat keras
terhadap orang-orang kafir. Dengan sikapnya itu ia berperan besar dalam
masyarakat Islam.
Di antara peran besar Umar bin Khattab pada periode
Madinah in ialah:
a.
tegas dalam menghadapi kebatilan,
b.
banyak pikiran-pikiran yang
disampaikan kepada Rasul, dan
c.
selalu ikut bersama Rasul
berperang menghadapi orang kafir.
Ketika para tawanan Perang Badr mohon dibebaskan
dengan sanggup memberi tebusan, Umar menolaknya. Karena mereka selama itu
memusuhi umat Islam. Umar berpendapat mereka harus dibunuh tanpa pandang bulu,
apakah masih ada hubungan keluarga ataupun tidak.
Umar selalu ikut berperang di samping Rasulullah dan
umat Islam. Beberapa peperangan yang diikutinya ialah Perang Badr, Perang Uhud,
Khandak, perjanjian Hudaibiyah, pengamanan Makkah.
Umar seorang yang cerdas. Ia menerima Islam dengan
kecerdasannya. Beberapa pikiran yang disampaikan kepada Rasulullah dijawab oleh
wahyu Al-Quran. Seperti tentang hijab, salat di makam Ibrahim.
Umar bin khatab selama memerintah banyak melakukan
perluasan daerah Islam dan berhasil. Jasa beliau dalam mengembangkan dan
memperluas daerah Islam meliputi:
1.
Penaklukan Syiria dan Palestina
2.
Penaklukan Irak dan Persia
3.
Penaklukkan Mesir.
Ada berapa peninggalan yang menunjukkan kemajuan yang
dicapai pada masa Khalifah Umar.
Peninggalan-peninggalan itu sebagai berikut:
1.
Pembagian pemerintahan dan
pembagian tugas para pejabat masing-masing.
2.
Pembentukan dewan-dewan, seperti:
Dewan Perbendaharaan Negara yang mengatur keluar masuknya uang negara. Dewan
militer mengatur keamanan.
3.
Membentuk urusan kehakiman.
4.
Penetapan tahun hijriyah. dimulai
sejak Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah.
5.
Pembangunan mesjid, seperti: Mesjid
Amr bin Ash, Mesjid Al Haram, dan sebagainya.
3.
Islam Pada Masa Pemerintahan Usman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
Di masa pemerintahan Usman (644-655 M), Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan
Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada
paroh terakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di
kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda
dengan kepemimpinan Umar, ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat
dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya, pada tahun 35 H
/ 655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang
kecewa itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat
kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga
dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam.
Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya
menyandang gelar Khalifah.[7] Setelah
banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman
laksana boneka dihadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan
terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan
bawahan. Harta kekayaan negara, oleh karabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol
oleh Usman sendiri.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya
tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota.
Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, mesjid-mesjid, dan
memperluas masjid nabi di Madinah.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat
Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama
masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit
pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki
jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin
bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga
menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan
hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.[8]
Adapun jasa dan peninggalan khalifah Usman, yaitu:
a.
Perluasan ke Khurasan
b.
Perluasan ke Armenia
c.
Perluasan ke Afrika
d.
Perluasan ke Amuriah dan Cyprus
e.
Pemberontakan di Iskandariyah
f.
Penaklukkan Rai dan Azerbaijan
Peninggalan-peninggalan khalifah Usman merupakan
kemajuan Islam yang diperoleh dari masa pemerintahannya yaitu:
a.
Membangun mesjid Nabawi di Madinah
b.
Usaha pengumpulan dan penulisan
Al-Qur’an
c.
Membentuk angkatan laut.
Adapun jasa dan peninggalan khalifah Ali bin Abi
Thalib yaitu terutama dalam bidang politik dalam pemerintahan dan mengganti
wali-wali. Dia terbunuh ketika sedang shalat subuh, dengan demikian hilanglah
musuh utama Muawiyah.
C.
Peradaban Islam Pada Masa
Bani Umayyah di Damaskus
1.
Awal berdirinya Bani Umayyah
Sepeninggal Ali ibn Abi Thalib, Gubenur Syam tampil sebagai
penguasa Islam yang kuat, Masa kekuasannya merupakan awal kedaulatan Bani
Umayyah. Muawiyah ibn Abu Sufyan bin Harb adalah pembangun dinasti umayyah dan
sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari
kufah ke Damascus.[9]
Dinasti Bani Umayyah atau kerajaan bani umayyah
berdiri tahun 41 H / 660 M di kota Damaskus, oleh Muawiyah Bin Abu Sufyan bin
Harb bin Umayyah bin Abdi Syam bin Manaf.
Karier politik Muawiyah dimulai ketika ia diangkat oleh
Khulafa ar-Rasyidin sebagai panglima pasukan perang (632-661). Ia ditugaskan
untuk merebut wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan Romawi yang menguasai
kawasan itu sejak tahun 63 SM.[10]
Muawiyah tumbuh sebagai pemimpin karier. Pengalaman
politik telah memperkaya dirinya dengan kebijakan-kebijakan dalam memerintah,
mulai dari menjadi salah seorang pemimpin pasukan dibawah komando Panglima besar
Abu Ubaidah ibn Jarah yang berhasil merebut wilayah Palestina, Suriah dan Mesir
dari tangan Imperium Romawi yang telah menguasai ketiga daerah itu sejak tahun
63 SM, lalu menjabat kepada wilayah di Syam yang membawahi Suriah dan Palestina
yang berkedudukan di Damascus selama kira-kira 20 tahun semenjak diangkat oleh
khalifah Utsman telah menobatkannya sebagai “Amiral Al-Bahri” yang memimpin
armada besar dalam penyerbuan kota konstantinopel walau gagal. Keberhasilan
Muawiyah mendirikan dinasti Umayyah dari sejak semula Gubernur Suriah itu
memiliki “basis rasional” yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa
depan. Pertama adalah berupa dukungan. yang kuat dari rakyat Suniah dan dari
keluarga bani Umayyah sendiri. Kedua, sebagai seorang komando administrator, Muawiyah
sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jebatan
penting. Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagi negarawan sejati,
bahkan mencapai tingkat “hilm” sifat tentinggi yang dimiliki oleh pembesar Mekkah
zaman dahulu.
Gambaran dari sifat mulia tersebut dalam diri Muawiyah
sendiri setidak-tidaknya tampak dalam keputusannya yang berani memaklumkan
jabatan khalifah secara turun-temurun. Dengan tujuan menegakkan kembali wibawa
pemerintahan serta menjamin integritas kekuasaan dimasa-masa yang akan datang, maka
Muawiyah dengan tegas menyelenggarakan suksesi yang damai dengan pembaiatan
putranya, Yazid, beberapa tahun sebelum khalifah meninggal dunia.[11]
2.
Ekspedisi ke Barat dan ke Timur
Masa pemerintahan bani umayyah terkenal sebagai suatu
era agresif, di mana perhatian tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan
penaklukan yang terhenti sejak zaman kedua khulafaurrasyidin terakhir. Hanya
dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin
beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh
wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab dan lain-lain.
Penaklukan
militer dizaman umayyah mencakup ..iga front penting, yaitu:
Pertama front
melawan bangsa roinawi di asia kecil dengan sasaran utama penggepungan Ice ibu
kota konstantinopd. dan penyerangan kepulau — pulau di laut tengab
Kedua. fror
Afrika Utara, Sekin mcmmdukkan daerah hitarn Afrika, oasukan
muslim jugs
mneyebrangi Se at. Gibraltar, lahimasuk ke Spanyol.
l(etiga, front
timur menghadapi wilayah yang amat luas, sehingga operasi kejalur ml dibagi
menjadi dua arab. Yang saw mcnuju ke utara Ice dacrab — daerah diseberang
sungai Jihun. Sedangkan yang binnya kearab selatan menyusu.i Sind, wilayah
India bagian barat.
Pada rnasa
perrierintahan muawiyah diraih kemaluan besar dalam perluasan wilayah.
Peristiwa yan paling mencolok ialah kebcraniannya mengepIng kota konstantinope
rr’telalui suatu ekpedisi yang dipusatkan dikota pelabuhan Damadela. Dibelaban
timur, Muawiyah berhasil menaklukan khurassan sampai kesungai Oxus an Afganistan,
lalu disempurnakan oleb khallfah Abdul Malik. Dibawah k mando Gubcrnur Irak
Hajjaj ibn Yvsusf, tentara kauni Islam menyebtaiigl sunga Ammu Darya dan
mcnuncukkan Balkh, E3ukhara samarkhand, khawai-izm dan Ierghana. Islam pcrtama
kali menancapkan kakinya dl burni India.
Prestasi yang
Iebih besar dica1 ii olch Al- WaIld 1 ialah ditlont afrika Utara dan sekitarnya
sctclah segenap anah Afrika diduduki, pasukan muslim dibawah pimpinan Tariq ibn
ziyad men.yebrangi selat giblatar masuk kespanvol. Lalu ibu kota nya cordova
sergera direlat, menyusul kemudian kota — Iwia kin. Gubemur Muss ibn Nusair
kemudian menycsnpurnakan penaklukan atas tanah Eropa ni dengan mcnyisir kaki
peguni ogan pyrenia dan menycrang carolingian t’erancis.
$Th
Kernajuan-Kernajuan pads Mass Bani Abbasivab
- Di Bidang Ilmu
Pengetahuan dan l.embaga Pendidikan
• MaLtab /
Kuttab dan Masjid, vain leinhaga pendidLan terendah, tempat anaL- anaL mengenal
dasar-dasar haaan. bin nuan dan tulisan; dan tempat pant remaja helajar
ciasar-dasar ilmu agarna. seperti tafsr. hadits, tiqh dan hahasa.
• 1 ingkat
pendalarnan. pant pela jar yang innin rnemperdalam iiniunya, pergi keluar
daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau heherapa orang sang abli dalam
hidangnya.
• Berdirinva
perpustakaan. akaderni dan universitas.
• Lahirnva
metode talsir vaitu Tafcir Bi! Afa ?sur dan Tabir B/i Al-Rca ‘vi.
• Niuncuinva
empat rnadzhab, vaitu Amadchab Hana/i. Afa!ik, Svaj’i dan Hanbali.
• Perkembangan
ilmu pengetahuan umum, terutarna di bidang Astronomi. Kedokteran, Filsafat,
Kimia dan Sejarah.
2. Tokoh-tokoh
cendikiawan pads mass Bani Abhas
• Al-Fazri,
seorang Astronont Islam yang pertama Lab menyucun As(roiahc.
• Al-Fargani
(Al-Faragnus), seora.ig Astronnm yang menerjcmahkan ilmu astronomi kedalam
bahasa latin oleh Gerard Cremona dan Julanres Iiispalenais.
• lbnu Sina,
seorang Filosufi sekaligus dokter yang menemukan sistem peredaran dar. h.
Terkenal dengan karyanya a!-Qanun [2 al-Thib.
• Ai -Razi,
seoring dokter pertama kali yang membedakan ponyakit cacar dengan measles. Dia
menyusun buku mengenai kedokteran anaL.
• Abu All
a-Hasan Ibn al-Haviham (Alhazcn). ahli bidang optika. Terkenal dcngar teorin a
bahwa bendalah 1ang mengirim cahava ke mats.
/,
• Jahir Bin
Ilavyan. seorang ahli ddang kimia. Ia memhenarkan tend ALI laen.
• Muhammad lhn
Niusa AI-Khaccarn’nii, ahli Ai—iahar, l3uah karvann adalah a/—..Ia bar Wa
ai—.tiuqabaiah.
• AI-Mas’udi,
abli selanib dan geograli. Buah karvanva adalah .kfunsai-Zalnsh ta Ala ad:,:
a!—Jc.n’ahir.
• Ai—Parahi.
sec-rang l-:iosuti.la hansak n:enuhs huku tentang lilsabit. logika. jisvu.
kenegn:aa”. etika dan interpretus: terhadap lilsafat Aristoteles.
• lhnu Rusvd (
Averrns. serz’.ng -il can dan seorang dokter. Kar ans a terkenal aduiah –
Pada masa ii Lb.
na nan ;ndinL beriala:: seiririg dengan kenia1uan pet ada’na:
dan Le bud a’.
an i- ‘el n ega s .: n nC:: eepa niasa Leentasan, kej a- nan dan kegerni angan.
N.a:’aun sa.ace. etei,h cerinuc in; herakhn. isiam mengaian: maC Kenn:nduran.
B. PERKEMBANGAN
ISLAM DI SPANYOL
Sejak pertama
kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hinggajatUhflYa kerajaan Islam terakhir
di sana, s1am memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsuflg lebih
dan tuju’n setengah abad. Sej arah panjang yang dilalui urnat Islam di Spanyol
itu dapat dibagi menjadi enam periode, vaitu:
1. Periode
Pertama (711-755 M)
Pada periode mi,
Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat olch Khalifah Bani
Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode mi stabilitas politik negeri
Spanyo1 belum tercapai seara sempurna. gangguan-gaflgguafl masih terja-
Gangguan dan
luar datang dan sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di
daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tundük kepada pemerintahan
Islam. Gerakan mi ten’s memperkuat diii Setelah berjuang lebih dan 50(? tahun,
akhimyn mereka mampu menguSir Islam dan bumi SpanyoL
Pada periode mi,
Spanyol berada di ba\vah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau
gubernur) tetapi tidak
Pada periode mi,
umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang
politik maupun daI
bidang
peradaban. Abd A1-Rahman A1-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam
menegakkan hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang
kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Span’1
wndukkepadapusatpemerintahan
Islam yang ketika itu dipegang 0leh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Ainir pertama
adalal’ Abdurrahman I, yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar
Al-Dakhjl (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah
berbagai
ancarnan dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara
terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang rnencari kesyahidan
(Martyrdom).Namun. Gereja Kristen iainnya di seluruh Spanyol tidak menanih
simpati pada gerakan itu. karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan
beragarna. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasar
3. Periode
Ketiga (912-1013 ill) Periode mi beriangsung mulai dan pemerintahan Abd Al—
Rabman III yang bergelar “An-Nasir” sarnpai munculnya “rajaraja kelompok” yang
dikenal dengan sebutan Mu/uk al-Thawai:f Pada periode mi, Spanyol diperintafi oleh
penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dan
berita yang sampai kepada Abthirrahrnan III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat
B ani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendi’-L
Menun.it penilaiaiinya, keadaan mi menunjukkan bahwa suasana pemerintahan
Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat mi merupakan
saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dan
kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar mi dipakai
rnulai tahun 929 M. Klialifahkhalifah besar yang memerintah pada peniode mi ada
tiga orang, yaitu Abd Al-Rahman Al-I’asir (912-961 M), Hakam 11(961-976 M),
d.in Hisyam 11(976-1009 M).
4. Periode
Keempat (1013-1086 M)
Pada periode mi.
Spanyol terpecah menjadi lebih dad tia
puluh negara
kecil di bawah pemenintahan raja-raja golongan atau
Al-Mulukuth-Thait’azf
yang berpusat di suatu kota seperti Scville,
Pada periode mi,
umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan. menyaingi kejayaan
daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Al-Rahman Al-Nashir mendirikan Universitas
CordOva. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam 11 juga
SeOrang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. pada masa mi, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmUran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dan
kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta
dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu, kekuasaan aktual berada di tangan
para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang
kekuasaan secara mutlak. Dia
Periode Kelima
(1086-1248 M)
Pada periode mi,
Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat
satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M)
dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada rnuianya adalah
sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afri1.a Utara..
adaan Spanyol
kembali runyam, berada di bawah pen guasapenJu asa kecil. Dalam kondisi
demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dan serangan-serangan Kristen yang
semakin besar. Tahun 1238 M Cordovajatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville
jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dad kekuasaan Islam.
6. Periode
Keenam (1248-1492 M)
Pada periode mi,
Islam hanya berkuasa di daerah Granada, d bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492).
Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan
teti, secara politik, dinasti mi hanva berkuasa di wilayah yang kecil.
Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol mi berakhir.
karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu
Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya
yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha
merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnva terhunuh dan digantikan
oleh Muhammad ibn Sa’ ad. Abu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar